Rabu, 03 Oktober 2012
Tutorial MS-Word 2003
Kamis, 13 September 2012
Senin, 23 Juli 2012
Do'a setelah Sholat Dhuha
Setiap bulan Romadhon di Sekolah-sekolah mulai SD sampai dengan Sekolah Lanjutan selalu ada kegiatan Peningkatan Ketaqwaan terhadap Alloh SWT yang dikenal dengan nama Pondok Romadhon , salah satu kegiatannya adalah Sholat Dhuna dan berdoa setelah selesai Sholat Dhuha . Banyak siswa yang kesulitan dengan lafal doanya menyingkapi masalah ini dibawah ini kami sajikan doa setelah Sholat Dhuha sebagai berikut :
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH SHOLIHIN. AMIEN
Selasa, 17 Juli 2012
Jadwal Imsakiyah 1433 H
Sebagai umat Islam, kita patut bersyukur karena masih diijinkan untuk menyambut bulan seribu bulan tersebut. Seperti kita semua tahu, dalam bulan Ramadhan merupakan bulan dimana setiap pahala yang kita lakukan akan diganjar berlipat kali dibandingkan bulan lainya. Saudaraku sekalian, berikut kami lampirkan jadwal Imsakiyah Ramadhan 1433 H untuk seluruh kabupaten se-Indonesia. jadwal yang kami persiapkan ini menggunakan kriteria jadwal shalat Kementerian Agama RI.
Untuk mengakses Jadwal silahkan KLIK! pada gambar jadwal imsakiyah di atas.
Minggu, 24 Juni 2012
Doa dalam Perjalanan
Safar (perjalanan jauh) adalah suatu hal yang menyulitkan. Namun di saat sulit semacam itu, Allah memberikan kita kesempatan untuk banyak berdo’a dan di situlah waktu mustajab, mudah dikabulkan do’a.safar itu benar-benar akan mendapati kesulitan. Coba bayangkan jika Anda melakukan safar dari luar negeri kembali ke kampung halaman. Apalagi jika safar tersebut mesti transit di beberapa kota. Yang sebelumnya mungkin ditempuh dalam waktu 9 jam, karena mesti transit di kota lain, akhirnya perjalanan tersebut memakan waktu hampir 24 jam. Apalagi keadaan di kendaraan atau pesawat yang kurang menyenangkan karena kita tidak bisa tidur sebagaimana layaknya. Badan tidak bisa direbahkan ke kasur yang empuk. Sungguh amat menyulitkan.
Karena kondisi sulit dalam safar, hati pun akhirnya pasrah. Saat hati begitu pasrah, itulah saat mudah diijabahinya do’a. Saat kepasrahan hati pada Rabb ‘azza wa jalla, itulah hakekat ‘ubudiyah (penghambaan), penghinaan, dan menundukkan diri pada-Nya. Akhirnya seorang hamba pun mengikhlaskan diri beribadah pada-Nya. Jika kondisi seseorang demikian, maka doa yang ia panjatkan akan makin mudah diijabahi. Semakin lama seseorang bersafar, semakin dekat pula do’a itu dikabulkan.
Wahai saudaraku ... Manfaatkanlah waktu ketika engkau bersafar untuk banyak memohon segala kemudahan dari Allah Ta’ala. Mintalah kemudahan dari-Nya atas urusan safarmu. Begitu pula mohonlah pada Allah agar dimudahkan dalam urusan dunia lainnya, begitu pula jangan lupakan yang utama doa agar diberi berbagai kemudahan dalam hisab di akhirat. Jangan lupa doakan atas kebaikan diri, dijauhkan dari kejelekan diri, begitu pula doakan kebaikan bagi istri, anak, orang tua, kerabat dan saudara muslim lainnya.
Dzikir saat safar yang bisa diamalkan agar safar jadi lebih berkah:
Jika sudah berada di atas kendaraan untuk melakukan perjalanan, hendaklah mengucapkan, “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.” Setelah itu membaca:
“Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun[1]. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.” (Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga)[2]
Kamis, 31 Mei 2012
Tajwid ( 1 )
Tentu, tak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya membaca Alquran andai hingga saat ini kalam Ilahi itu masih ditulis dalam huruf Arab yang belum ada tanda bacanya sebagaimana di zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin. Jangankan harakat fathah (baris atas), kasrah (baris bawah), dhommah (baris depan), dan sukun (tanda wakaf, mati), bentuk serta tanda titik-koma (tanda baca) saja tidak ada. Tentu, masih lebih mudah membaca tulisan Arab yang ada di kitab kuning yang gundul (tanpa harakat) karena umat Islam masih bisa mengenali huruf-hurufnya berdasarkan bentuk dan tanda bacanya. Misalnya, huruf ta, tsa, ba, nun, syin, sin, shad, tho’, dan sebagainya walaupun tidak mengetahu terjemahannya.
Beruntunglah, kekhawatiran-kekhawatiran ini cepat teratasi hingga umat Islam di seluruh dunia bisa mengenali dan lebih mudah dalam membaca Alquran. Semua itu tentunya karena adanya peran dari sahabat Rasul, tabin, dan tabiit tabiin.Pemberian tanda baca (syakal) berupa titik dan harakat (baris) baru mulai dilakukan ketika Dinasti Umayyah memegang tampuk kekuasaan kekhalifahan Islam atau setelah 40 tahun umat Islam membaca Alquran tanpa ada syakal.
Pemberian titik dan baris pada mushaf Alquran ini dilakukan dalam tiga fase:
1. Pertama, pada zaman Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Saat itu, Muawiyah menugaskan Abdul Aswad Ad-dawly untuk meletakkan tanda baca (i’rab) pada tiap kalimat dalam bentuk titik untuk menghindari kesalahan membaca.
2. Fase kedua, pada masa Abdul Malik bin Marwan (65 H), khalifah kelima Dinasti Umayyah itu menugaskan salah seorang gubernur pada masa itu, Al Hajjaj bin Yusuf, untuk memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya. Misalnya, huruf baa’ dengan satu titik di bawah, huruf ta dengan dua titik di atas, dan tsa dengan tiga titik di atas. Pada masa itu, Al Hajjaj
Minta bantuan kepada Nashr bin ‘Ashim dan Hay bin Ya’mar.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan ini, wilayah kekuasaan Islam telah semakin luas hingga sampai ke Eropa. Karena kekhawatiran adanya bacaan Alquran bagi umat Islam yang bukan berbahasa Arab, diperintahkanlah untuk menuliskan Alquran dengan tambahan tanda baca tersebut. Tujuannya agar adanya keseragaman bacaan Alquran baik bagi umat Islam yang keturunan Arab ataupun non Arab (‘ajami)
Baru kemudian, pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, diberikan tanda baris berupa dhamah, fathah, kasrah, dan sukun untuk memperindah dan memudahkan umat Islam dalam membaca Alquran. Pemberian tanda baris ini mengikuti cara pemberian baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy, seorang ensiklopedi bahasa Arab terkemuka kala itu. Menurut sebuah riwayat, Khalil bin Ahmad juga yang memberikan tanda hamzah, tasydid, dan ismam pada kalimat-kalimat yang ada. Kemudian, pada masa Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Alquran, khususnya bagi orang selain Arab, dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa isymam, rum, dan mad.
Sebagaimana mereka juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda wakaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri atas nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah ‘ain.
Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Alquran adalah tajzi’, yaitu tanda pemisah antara satu Juz dan yang lainnya, berupa kata ‘juz’ dan diikuti dengan penomorannya dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah juz, dan juz itu sendiri.Pemeliharaan Alquran dari Masa ke masa
Dalam Alquran surah Al-Hijr (15) ayat 9, Allah berfirman, ”Sesungguhnya, Kami-lah yang menurunkan Alquran dan Kami pula yang menjaganya.” Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Alquran selama-lamanya hingga akhir zaman dari pemalsuan. Karena itu, banyak umat Islam, termasuk di zaman Rasulullah SAW, yang hafal Alquran. Dengan adanya umat yang hafal Alquran, Alquran pun akan senantiasa terjaga hingga akhir zaman.
Selanjutnya, demi memudahkan umat membaca Alquran dengan baik, mushaf Alquran pun dicetak sebanyak-banyaknya setelah melalui tashih (pengesahan dari ulama-ulama yang hafal Alquran). Alquran pertama kali dicetak pada tahun 1530 Masehi atau sekitar abad ke-10 H di Bundukiyah (Vinece). Namun, kekuasaan gereja memerintahkan agar Alquran yang telah dicetak itu dibasmi. Kemudian, Hankelman mencetak Alquran di Kota Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M atau sekitar abad ke-12 H. (Lihat RS Abdul Aziz, Tafsir Ilmu Tafsir, 1991: 49).
Pemeliharaan Alquran tak berhenti sampai di situ. Di sejumlah negara, didirikan lembaga pendidikan yang dikhususkan mempelajari Ulum Alquran (ilmu-ilmu tentang Alquran).
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), Alquran berasal dari bahasa Arab yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Kata ‘Alquran’ adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja (fi’il madli) qaraa yang artinya membaca.
Para pakar mendefinisikan Alquran sebagai kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir dan bagi orang yang membacanya termasuk ibadah. Al-Qur’anu huwa al-kitabu al-Mu’jiz al-Munazzalu ‘ala Muhammadin bi wasithah sam’in aw ghairihi aw bilaa wasithah.
Ada juga yang mendefinisikannya sebagai firman Allah yang tiada tandingannya. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir yang dimulai dengan surat Alfatihah dan ditutup dengan surat Annas.
Alquran terdiri atas 114 surat serta 30 juz dengan jumlah ayat lebih dari 6.000 ayat. Kalangan ulama masih berbeda pendapat mengenai jumlah ayat Alquran. Ada yang menyebutkan jumlahnya sebanyak 6.236 ayat, 6.666 ayat, 6.553 ayat, dan sebagainya. Perbedaan penghitungan jumlah ayat ini karena banyak ulama yang belum sepakat apakah kalimat Bismillahirrahmanirrahim yang ada di pembukaan surah dan huruf Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Yaa Sin, Shad, dan Qaaf termasuk ayat atau bukan. Inilah yang menyebabkan adanya perbedaan mengenai jumlah ayat. Namun demikian, hal itu tidak menimbulkan perpecahan di antara umat.
Alquran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Para ulama membagi masa penurunan ini menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW. Sementara itu, periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun.
Sedangkan, menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi kepada surat-surat Makkiyah (ayat-ayat Alquran yang turun di Makkah) dan Madaniyah (diturunkan di Madinah). Surat-surat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah, sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Sementara itu, dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada dalam Alquran terbagi menjadi empat bagian. Pertama, As-Sab’u al-Thiwaal (tujuh surat yang panjang), yaitu Albaqarah, Ali Imran, Annisa’, Al A’raf, Al An’am, Almaidah, dan Yunus. Kedua, surat-surat yang memiliki seratus ayat lebih (Al Miuun), seperti surat Hud, Yusuf, Mu’min, dan sebagainya.
3. Ketiga, surat-surat yang jumlah ayatnya kurang dari seratus ayat (Al Matsaani), seperti surat Al Anfal, Alhijr, dan sebagainya. Keempat, surat-surat pendek (Al-Mufashshal), seperti surat Adhdhuha, Al Ikhlas, Alfalaq, Annas, dan sebagainya. sya
Referensi :
REPUBLIKA – Minggu, 22 Februari 2009
Penulis : dia/sya/berbagai sumber
sumber:republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/07/08/61193-sejarah-pemberian-tanda-baca-dan-tajwid
Rabu, 30 Mei 2012
Perawatan Jenasah
Sabda Rasullulah Ada 3 (tiga) hal Hai Ali.. Jangan ditunda
1. Dilarang ditangguhkannya yaitu sholat bila telah datang waktunya,
2. Jenazah bila telah nyata kematiannya,
3. dan wanita yang tidak ada suami bila telah menemukan jodohnya.(Al Hadist)
Percepatkanlah penyelenggaraan jenazah, bila ia seorang yang baik, perdekatkanlah kebaikannya dan bila tidak demikian,maka kamu akan lepas kejelekannya tersebut dari bebanmu.
KAIFIAT (CARA PERAWATAN JENAZAH)
Bila telah terang, nyata, jelas ajalnya seseorang, maka segerakanlah perawatannya, Adapun yang perlu dilakukan adalah :
1. Pejamkan matanya.
2. Lemaskan terutama tangan, dan kakinya diluruskan
3. Dikatupkan mulutnya, dengan ikatkan kain, dan lingkarkan dagu, pelipis sampai ubun-ubun
4. Diutamakan ditelentangkan membujur menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan kiblat.
5. Ditutup muka wajahnya, serta seluruh tubuhnya.
6. Mengucapkan kalimat tarji' untuk istirja'(pasrah dengan ikhlas dan ingat bahwa kita bersama akhirnya juga akan mengalami kematian (Innalillahi wainna ilaihi rooji'uun (Al Baqorah Ayat 156)
7. Mendoakannya (Allahumma ighfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu) artinya : Ya Allah semoga Alloh mengampuni , melimpahkan kasih sayangny mema'afkannya serta memulyakannya, ( Al Hadist.)
8. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada keluarga/ ahli waris, kerabat dan masyarakat lingkungannya.
9. Mempersiapkan keperluan/perlengkapan perawatan mayat/jenazah.
10. Keluarga/ ahli waris segera menyelesaikan hak insani/Adam,
utang piutang, mengambil alih tanggunga jawab hingga bagi yang telah wafat
tiada lagi memiliki kewajiban. Kecuali mempertanggung jawabkan amal
perbuatannya. .
HAK & KEWAJIBAN TERHADAP JENAZAH
1. Memandikannya / Mensucikannya.
2. Mengkafaninya/ Membungkus seluruh tubuhnya.
3. Mensalatkannya.
4. Menguburkannya.
JENAZAH YANG TIDAK MENDAPAT PERLAKUAN SEPERTI BIASA
1. Mati sahid dalam peperangan tidak perlu dimandikan dan
dikafani cukup dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat.
2. Mati di atas perjalanan laut, tak perlu dibawa ke darat
untuk dimakamkan apabila untuk mencapai daratan perlu waktu lama.
3. Mati saat Ihrom, maka kain kafannya cukup pakaian ihromnya
dan tidak boleh diberi parfum sebagaimana jenazah biasa.
MENSUCIKAN JENAZAH
Perlengkapan yang diperlukan :
1. Air suci yang mensucikan yang cukup, dengan dicampuri bau-bauan
2. Serbuk/larutan kapur barus, untuk meredam bau.
3. Sarung tangan/ handuk tangan untuk membersihkan kotoran darah atau
najis lain.
4. Lidi dan sebagainya untuk membersihkan kuku.
5. Handuk untuk mengeringkan badan/ tubuh mayat selesai dimandikan.
CARA-CARA MEMANDIKAN MAYAT
1 Bujurkanlah jenazah ditempat yang tertutup serta diutamakan membujur menghadap
kiblat dengan kepala di sebelah kanan.
2. Lepaskanlah seluruh pakaian yang melekat dan menutup,serta pengikat dagu dan
pergelangan tangan.
3. Tutuplah bagian auratnya sekedarnya.
4. Lepaskan logam seperti cincin, dan gigi palsunya (Kalau ada)
5. Bersihkan kotoran najisnya dengan didudukkan dan meremas bagian perutnya
hingga kotorannya keluar.
6. Bersihkan rongga mulutnya dari riak atau darah kalau ada
7. Bersihkan kuku-kuku jari kaki dan tangannya.
8. Disunahkan menyiram air mulai anggota yang kanan diawali dari kepala bagian
kanan terus kebawah, kemudian bagian kiri dan diulang 3(tiga) kali
PERHATIAN !!!!!
Dilarang memotong kuku,rambut dsb. karena dilarang menganiaya seseorang
jenazah dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuhnya.
CARA PELAKSANAAN MEMANDIKAN MAYAT
1. Mulai menyiram anggota wudhu secara urut, tertib, segera dan rata, hingga
3 (tiga) kali serta memulainya anggota wudhu sebelah kanan.
2. Menyiram seluruh tubuh
3. Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.
4. Menyiram berulang kali sejumlah gasal, misalnya 3,5,7,9,11 kali, hingga rata
dan bersih sesuai kebutuhan.
5. Menyiram dengan larutan kapur barus atau bau-bauan yang harum, cendana dsb.
6. Mengeringkan seluruh tubuh badannya dengan handuk hingga kering
Perhatian :
* Saat menyiram air pada wajah muka, tutuplah lubang mata,hidung, mulut dan
telinganya, agar tidak kemasukan air.
* Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan bagian
terluka supaya hati-hati dengan lembut seakan memberlakukan pada waktu masih
hidup tidak boleh semena-mena.
MENGKAFANI JENAZAH.
1. Perlengkapan
a. Selembar lingkaran badan dan yang lebih panjang dari seluruh tubuh.
b. Tujuh utas tali dari sobekan kain putih.
c. Segi tiga tutup kepala/rambut
d. Sehelai tutup dada, dengan berlobang pada bagian lehernya
e. Sehelai tutup aurat dengan terlipat panjang.
Khusus wanita dilengkapi dengan :
1. Kain Basahan, sebagai penutup bagian aurat bawah.
2. Mukena untuk rambut
3. Baju untuk penutup bagian dada dan lengan.
Perhatian :
Bahan perlengkapan, kain putih, cukup yang sederhana, tidak berlebihan jenisnya,demikian juga bagai jenazah wanita kain basahan, baju, mukena adalah yang sehari-hari dipakai.
Demikian juga disunahkan bagi mayat laki² dikafani sampai 3 lapis kain,tiap-tiap lapis hendaknya dapat menutup seluruh tubuhnya, Selain 3 lapis itu ditambah baju kurung dan sorban.
Adapun bagi mayat wanita disunahkan 5 lapis, masing-masing berupa Sarung,
Baju, Kerudung dan 2 lapis yang menutup seluruh tubuhnya.
2. Kapas
3. 5 helai kapas selembar telapak tangan
4. 7 Bulatan kecil, penutup lobang
5. Serbuk kapur barus, cendana dsb yang berfungsi sebagai pengharum.
PERSIAPAN PENGATURAN BAHAN KAFAN
1 Tali sebanyak 7 diletakkan di:
a. Ujung Kepala
b. Leher
c. Pinggang/ pada lengan tangan
d. Perut
e. Lutut
f. Pergelangan tangan
g. Ujung kaki
2 Letakkan kain memanjang seluruh tubuhnya, serta melebar lingkaran badan dengan
ditaburi serbuk kapur barus.
3. Aturlah dan letakkan sehelai tutup kepala/rambut.
4. Bentangkan tutup dada, dengan masih terhampar ke atas.
5. Letakkan sehelai tutup aurat (Semacam Celdam) memanjang dan melebar ke bawah
dan merupakan kain lipatan
6. Bagi wanita aturlah mukena,baju dan kain basahan yang sesuai dengan letaknya.
CARA PELAKSANAAN MENGKAFANI
1. Letakkan janazah membujur di atas kain kafan, dalam keadaan tertutup selubung kain
kafan (jangan sampai mayat telanjang secara terbuka).
2. Tutuplah tujuh lubang yaitu, 2 mata, 2 telinga, 2 hidung dan 1.pusar dengan bulatan
kapas yang ditaburi serbuk kapur barus
3. Tutuplah lembaran kapas yang ditaburi sebuk kapur barus pada:
a. Wajah muka
b. Leher kanan & kiri
c. Ketiak kanan & kiri
d. Lengan siku kanan dan kiri
e. Di bawah dan atas peregelangan tangan.
f. Kedua pergelangan kakinya.
g. Kedua lingkaran mulut.
4. Bagi Jenazah pria :
a.Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan ikatan pada jidat.
b.Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya
c.Katupkan lipatan tutup Celdam-nya
5. Bagi jenazah Wanita :
a.Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala
b.Tutupkan kain mukena pada rambut kepala.
c. Tutupkan belahan kain baju pada dada.
d.Lipatkankain basahan melingkar badan perut dan auratnya, di atas penutup
CDnya.
6. Katupkan dengan melingkar tubuh badannya kain kafan yang rapat, tertib, menyeluruh.
SHOLAT JENAZAH.
1. Syarat-syarat sholat Jenazah
a. Sholat mayit sama syaratnya dengan sholat lain yaitu menutup aurat,suci dari
hadast besar maupun kecil, bersih badan, pakain dan tempatnya serta menghadap
kiblat.
b. Mayat sudah dimandikan dan dikafani
c. Letak mayat di sebelah kiblat orang yang menyembahyangkannya, kecuali kalau
sholat dilakukan di atas kubur atau sholat ghoib.
2. Rukun Sholat Mayit.
a. Niat (Usholli "ala Haadza al mayyiti arba'a takbiiraatin fardo al Kifaayati
Ma'muman/Imaaman Lillaahi Ta'ala). Artinya:
" Aku berniat shalat atas mayit ini dengan empat kali takbir, fardhu kifayah karena
Allah Ta'ala . Allaahu Akbar.
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbir empat kali
d. Membaca Fatihah
e. Membaca Sholawat nabi.
f. Mendo'akan mayit.
Artinya :
" Wahai Tuhanku, ampunilah dia, rahmatilah,
sejahterakanlah dan maafkanlah dia, hormatilah kedatangannya, luaskanlah
tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air, salju dan embun.
Bersihkanlah dia dari semua dosa, sebagaimana bersihnya kain putih dari
kotoran dan berilah ganti rumahnya yang lebih baik dari rumahnya, ahli yang
lebih baik dari ahlinta, dan istri yang lebih baik dari istrinya, serta
peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa api neraka:.
g. Berdo'a untuk diri sendiri dan untuk mayyit
Artinya :
"Wahai Tuhanku, janganlah Engkau halangi, pahalanya
kepada kami dan janganlah Engkau memberi fitnahsepeninggalnya kepada kami,
serta ampunilah kami dan dia, dan bagi segenap saudara kam yang telah
mendahului kami dengan iman, dan janganlah Engkau jadikan gelisah di dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Wahai Tuhan kami sesungguhnya
Engkau adalah Dzat Yang Maha Belas Kasihan lagi Maha Penyayang".
h. Memberi Salam
CARA MENGERJAKAN SHALAT JENAZAH
1. Mayit diletakkan paling muka, apabila mayit laki-laki,hendak nya Imam berdiri menghadap dekat kepala mayit, sedang mayat wanita Imam menghadap dekat perutnya.
2. Letak Imam paling muka diikuti oleh para ma'mum, jika yang menyolati sedikit usahakan dibuat 3 baris / shaf.
3. Setelah semua siap lalu dimulai dengan takbiratul ihrom oleh Imam setelah itu baru makmum.(ini Merupakan takbir pertama)
4 Setelah takbiratul ihrom, tangan diletakkan bersedekap lalu membaca Surat Al Fatihah.
5. Setelah membaca Surat Al Fatihah , lalu takbir lagi dengan mengangkat kedua tangan, kemudian bersedekap kembali.
6. Dalam posisi bersedekap tersebut membaca Sholawat (Allaahuma solli a'ala muhammad wa'ala alihi washbihi wasallim)
7. Selesai membaca sholawat,lalu takbir kembali dengan mengangkat kedua tangan dan bersedekap kembali (ini sedekap ke 3(tiga)
8. Dalam posisi bersedekap membaca do'a (Allohummagfir lahu/ha warhamhu/ha wa'afihi/ha wa'fu anhu/ha)
9. Selesai berdo'a lalu takbir lagi dengan mengangkat kedua tangan dan kemudian bersedekap (ini takbir ke empat)
10.Dalam posisi takbir ke4 Lalu bedo'a (Allahumma laatahrimnaa ajrahu/ha walaa taftinna ba'dahu / ha wagfirlana walahu/ha
11 Selesai berdo'a baru salam
MENGUBUR MAYAT
A. Tempat penguburan
Tempat penguburan adalah tempat penguburan khusus kaum muslimin, terpisah dari kuburan bukan muslim, dan karena diutamakan pelaksanaan penyelesaian Jenazah sesegera mungkin, maka cukup dikubur di tempat yang tersedia dan yang terdekat, dengan pengertian tidak selalu di tempat kuburan keluarga.
B. Persiapan Penguburan.
1. Pembuatan liang lahat sekurang-kurangnya jangan sampai bau busuk mayit dapat keluar,dan sampai dapat dibongkar oleh binatang.
2. Pilih tempat yang cukup kuat tanahnya,dari penggalian binatang buas, cukup jauh dari arus air,tidak mudah longsor dan hanyut tergusur aliran air.
3. Penutup lubang lahat harus cukup kuat dan rapat, supaya tidak mudah longsor
kebawah.
4 Keranda Janazah hendaknya tertutup rapat dan sesederhana mungkin.
Pemberangkatan Jenazah.
1. Segerakanlah pemberangkatan penguburan dengan iring-iringan terutama keluarga
terdekat.
2 Hendaknya berjalan secara cepat-segera.
3 Kaum Wanita, walaupun keluarga terdekat tidak diperkenankan turut mengiringi jenaah
dalam proses penguburan.
4 Bagi yang melihat iringan jenazah hendaknya menghormati dan
berdiri tegak, sampai janazah lewat.
Tata cara Penguburan :
1.Letakkan usungan keranda Janazah di sebelah liang kubur yang longggar.
2.Dibuka tutup keranda dan selubung jenazah.
3.Dua/tiga orang lelaki, dari keluarga jenazah terdekat dan diutamakan yang tidak junub
pada malam hari, sebelumnya.masuk dalam liang kubur dengan berdiri, menyiapkan diri
menerima jenazah.
4 Masukkan jenazah dari arah kaki , didahulukan kepalanya dimasukkan (dari arah selatan)
5.Letakkan jenazah secara membujur , arah kepala di sebelah barat, dan badan jasadnya
dihadapkan miring/serong,mukanya menghadap kiblat.
6.Lepaskan semua ikatan tali, serta dilonggarkan kain kafannya (pipi pelipis tidak harus
meneyentuh tanah)
7 Letakkkan gumpalan tanah sebagai penyangga di bagian belakang badan, kepala,
pinggang, perut, kaki, agar jasad tidak terlentang.
8.Tutuplah rongga dengan rapat dengan kayu atau batu untuk kemudian ditimbuni tanah
yang cukup padat dan rapat.
9 Buatlah onggakan gundukan tanah asal tidak melebihi sejengkal tangan tingginya.
10 Para pelayat diutamakan turut serta menimbuni tanah dengan tiga kali taburan tanah.
Lain-lain :
1 Disunahkan berdo'a setelah selesai penguburan sebelum meninggalkan kuburan
dengan harapan siap menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar - Nakir.
2. Setiap mengangkat dan meletakkan mayat hendaklah diiringi do'a "Bismillah wa'ala
millati rosulillah" .artinya : Dengan nama Allah serta mengikuti tuntunan Rasullah.
3. Do'a selesai penguburan : "Ya allah,ampunilah dia dan kasihinilah dia dan
sejahterakanlah dia dan maafkanlah dia dan tempatkanlah dia di tempat yang
terhormat, dan lapangkanlah tempatnya, dan empukkanlah bumi tempat tidurnya dan
jauhkanlah dia darisiksaan kubur, dan lindungilah dia dari siksaan neraka, Ya allah
tetapkanlah dia dengan perkataan yang benar di dunia dan akhirat.
SELESAI